Rabu, 02 Oktober 2013

Subhanallah, Walau Buta Anak Ini Hafal Al-Qur'an!

penghafal-quran-tuna-netra-dari-mesirMampu menghafal Al-Qur’an adalah karunia Allah yang tak ternilai harganya, karena tidak semua orang yang diberi karunia ini. Menghafal Al-Qur’an itu mudah, ia bisa dilakukan siapa saja, berapapun usia dan apapun profesinya. Balita, anak-anak, tua, dewasa, semuanya bisa menghafal Al-Qur’an. Sampai-sampai seorang yang buta sekalipun bisa menghafalnya. Inilah yang terjadi pada seorang anak tunanetra asal Mesir ini.


Mu’adz namanya, ia adalah seorang anak yang sejak kecilnya ditaqdirkan kurang beruntung, ia tidak dapat melihat layaknya manusia normal (buta). Sampai disini tidak ada yang unik pada diri Mu’adz, karena bukan hanya ia yang ditaqdirkan buta di dunia ini. Namun yang membuat unik adalah walau buta ia mampu menghafal Al-Qur’an lengkap 30 juz. Sejak awal ia mulai menghafal dengan penuh kesabaran, dan tentunya dengan motivasi yang tinggi, hingga pada usianya yang ke 11 tahun ia berhasil menghatamkan Al-Qur’an.
Pembaca sekalian, mungkin bagi kita yang memiliki penglihatan normal, kita menganggap mata adalah jendela dunia. Tanpanya, hidup ini terasa tak lengkap dan sempurna. Bayangkan saja jika sejak lahir kita tidak memiliki mata normal, atau sebelumnya memiliki penglihatan normal namun pada akhirnya ditakdirkan buta (Nau’udzubillah), apa yang terjadi? Kita tidak bisa melihat dan tentunya sangat sedih. Namun tidak demikian bagi anak ini, ia sama sekali tidak pernah mengeluh atas derita yang ia alami, bahkan ia bersyukur atas kondisinya ini. Keterbatasan fisik tidak membuatnya terhalang untuk menghafal Al-Qur’an. Ia menganggap takdirnya ini (buta) menjadi jalan baginya untuk bisa hafal Al-Qur’an.

“Dalam shalatku, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatanku…”

Dalam sebuah video rekaman acara tv seorang imam masjid, yaitu Syaikh Fahd Al-Kandari, mewawancarai Mu’adz yang juga merupakan pembawa acara pada acara tersebut. Beliau menanyakan perihal bagaimana ia belajar dan menghafal Al-Qur’an padahal ia memiliki keterbatasan fisik. Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat Allah yang mulia membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya. Dan terjadilah dialog antara syaikh Al-Kandari dan Mu’adz.
“Saya yang datang ke tempat syaikh,” kata Mu’adz.
“Berapa kali dalam sepekan?” Tanya syaikh.
“Tiga hari dalam sepekan,” jawabnya.
“Pada awalnya hanya satu hari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau (syaikhnya) dengan sangat agar menambah harinya, sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh saya sangat ketat dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap hari,” sambungya.
“Satu ayat saja?” ujar beliau terkejut, takjub dengan semangat baja anak ini.
Dalam tiga hari itu ia khususkan untuk belajar ayat-ayat suci Al-Qur’an, hingga ia tidak bermain dengan kawan-kawan sebayanya. Sang penyiar tersenyum dan menepuk paha anak itu tanda kagum, yang disambut senyum ceria oleh anak ini.
Yang lebih mengagumkan dalam dialog itu adalah pernyataannya tentang kebutaannya. Ia tidak berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatannya, namun rahmat Allah-lah yang ia harapkan.
“Dalam shalatku, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatanku,” kata anak ini.
Jawaban anak ini membuat sang syaikh makin terkejut.
“Engkau tidak ingin Allah mengembalikan penglihatanmu? Kenapa?” tanyanya heran, seolah tak yakin.
Dengan wajah meyakinkan, anak itu memaparkan alasannya. Bukannya ia tak yakin pada Allah, bukan. Namun ia menginginkan yang lebih indah dari sekedar penglihatan.
“Semoga menjadi keselamatan bagiku pada hari pembalasan (kiamat), sehingga Allah meringankan perhitungan (hisab) pada hari tersebut. Allah akan menanyakan nikmat penglihatan, apa yang telah engkau lakukan dengan penglihatanmu? Saya tidak malu dengan cacat yang saya alami. Saya hanya berdoa semoga Allah meringankan perhitungan-Nya untuk saya pada hari kiamat kelak,” paparnya dengan tegas.
Tentu saja, setelah mendengar kalimat mulia anak ini, semua yang ada di studio saat itu diam. Penyiar TV nampak berkaca-kaca dan air matanya menetes. Para pemirsa di stasiun TV serta kru TV tersebut juga tak tahan menitikkan air mata.
“Pada saat ini, saya teringat banyak kaum muslimin yang mampu melihat namun bermalas-malasan dalam menghafal kitab Allah, Al-Quran. Ya Allah, bagaimana alasan mereka besok (di hadapan-Mu)?” kata Syaikh Fahd Al-Kanderi.
“Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan,” kata penghafal Al-Quran muda ini. Subhanallah, ia tak pernah lupa dengan rabb-nya.
Anak ini juga mengatakan bahwa ia terinspirasi dari kaidah Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah. “Kaidah imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang mengatakan “Allah tidak menutup atas hamba-Nya satu pintu dengan hikmah, kecuali Allah akan membukakan baginya dua pintu dengan rahmat-Nya,’” katanya.
Kehilangan penglihatan sejak kecil, tidak membuat ia mengeluh kepada Sang Pencipta. Ia tak iri pada orang lain apalagi kufur nikmat. Ikhlash menerima takdirNya.
“Alhamdulillah, saya tidak iri kepada kawan-kawan meski sejak kecil saya sudah tidak bisa melihat. Ini semua adalah qadha’ dan qadar Allah,” katanya.
“Kita berdoa kepada Allah semoga menjadikan kita sebagai penghuni surga Al-Firdaus yang tertinggi,” kata anak yang hafal Al-Quran itu.
Matanya yang buta, tak membuat hatinya buta dalam mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Subhanallah…

Dalam sebuah hadits Qudsi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ قَالَ: إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ، عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الجَنَّة

Allah berfirman, “Jika Aku menguji hamba-Ku dengan menghilangkan penglihatan kedua matanya lalu ia bersabar, niscaya Aku akan menggantikan penglihatan kedua matanya dengan surga.” (HR. Bukhari no. 5653, Tirmidzi no. 2932, Ahmad no. 7597, Ad-Darimi no. 2795 dan Ibnu Hibban no. 2932).




Begitulah kisah dan perjalanan Mu’adz dalam menghafal Al-Qur’an, kemauannya yang kuat untuk menghafal Al-Quran seolah membuat dirinya lupa bahwa ia buta. Ia menganggap fisiknya yang terbatas bukan menjadi penghalang baginya untuk meraih cita-citanya, menjadi penghafal Al-Quran. Ia sepenuhnya menyadari bahwa segala apa-apa yang diberikan oleh Allah di dunia ini kelak akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat. Maka ia tak pernah menyia-nyiakan waktunya, ia menikmati hari-harinya dengan Al-Quran hingga ia behasil menghafalnya.
Itulah yang terjadi pada Mu’adz. Bagaimana dengan kita, yang memiliki fisik normal? Mengapa Mu’adz bisa hafal Al-Quran sedang kita tidak? Apa bedanya kita dengan Mu’adz, apalagi ia seorang buta?
Kisah Mu’adz diatas merupakan bukti bahwa Al-Quran itu mudah, mudah untuk dihafal, mudah bagi siapa saja, tak terkecuali kita. Artinya, siapapun kita pada dasarnya bisa menghafal Al-Quran. Jadi, tidak benar bila ada yang beranggapan bahwa Al-Quran itu susah untuk dihafal. Bukankah Allah telah berfirman:
“Wahai Muhammad, Al-Quran ini Kami turunkan kepadamu bukanlah untuk menjadikan kamu sengsara karena tidak sanggup melaksanakannya.” (QS. Thaahaa: 2)

“Kami telah memudahkan Al-Quran untuk dihafal  dan dijadikan nasehat. Karena itu, adakah orang yang peduli dengan nasehat Al-Quran.” (QS. Al-Qamar: 17)


Namun perkara itu menjadi tidak mudah bila kita sendiri yang mempersulitnya. Mengatakan bahwa Al-Quran susah untuk dihafal sesungguhnya mempersulit diri kita, karena kita belum percaya (membuktikan) bahwa Al-Quran itu mudah dan tidak susah untuk dihafal. Jadi, yakin dan percayalah bahwa kita bisa menghafal Al-Quran. Kapan mulai menghafal? Wallahua’lam…
Sumber : http://zakylife.wordpress.com/2013/02/22/subhanallah-walau-buta-anak-ini-hafal-al-quran/

Rabu, 25 September 2013

Idealis, Tubagus Ismail Lepas Gaji Besar Pilih Jual Es Tebu

http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2009/11/tubagus-ismail-tebu.jpg
Warga Menjuluki Tukang Tebu Terganteng

dakwatuna.com – Tak banyak orang seperti Tubagus Muhammad Ismail. Ketika yang lain sulit mencari kerja, dia malah meninggalkan pekerjaan dengan gaji Rp 10 juta per bulan. Ismail lebih memilih berjualan es tebu keliling dan sales parfum murah.

ROMBONG es tebu itu dikerumuni ibu-ibu muda ketika melintas di kawasan Wage, Sidoarjo. Tawa riang dan canda mereka berbaur dengan suara anak-anak yang berebut membeli. Susana itu hampir terjadi tiap hari pukul 15.00-17.00.

Itulah rutinitas Tubagus Muhammad Ismail menjajakan es tebunya di kawasan tersebut. Pria 39 tahun itu berbeda dari penjual es tebu lain. Penampilannya rapi, bersih, pakaian necis, dan wangi. Dengan tinggi badan sekitar 170 cm, kulit putih, paras tampan, pria berdarah Banten-Sunda-Padang itu jauh dari mainstream penjual es tebu keliling.

Karena itu, tak heran Ismail merupakan tukang tebu favorit -setidaknya- di kawasan Wage. Seorang warga perumahan bahkan menjuluki Ismail sebagai tukang tebu terganteng se-Asia Tenggara.

Ada cerita, pernah seorang ibu yang naik sepeda terjebur got gara-gara meleng melihat Ismail nggenjot rombong tebunya. ”Tapi, saya tak tahu cerita persisnya seperti apa. Saya hanya diberi tahu tetangga saya,” kata Ismail lalu tersenyum.

Pria ramah itu tak hanya punya nilai lebih dari segi fisik, tapi juga idealisme. Karena idealisme itulah dia memilih mundur dari pekerjaannya sebagai legal staff di sebuah perusahaan rokok besar di Surabaya. Padahal, di tempat tersebut, dia punya gaji cukup besar, Rp 10 juta per bulan.

Sementara hasil jualan es tebu keliling itu, paling banter dia dapat Rp 1,5 juta per bulan. ”Ini pendapat saya pribadi, bukan bermaksud memojokkan siapa-siapa,” katanya. ”Saya merasa bahwa rokok adalah sesuatu yang mudharat-nya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Itulah yang membuat saya bimbang, saya bekerja di industri yang seperti itu,” lanjut bapak satu anak tersebut. ”Makanya, saya lebih bahagia sekarang, meski pendapatan pas-pasan. Kedamaian hati, itu yang paling penting,” sambungnya.

Ismail kemudian menuturkan kisahnya. ”Ketika kuliah, saya sudah bekerja di perusahaan advertising, anak perusahaan rokok itu,” katanya. Itu terjadi pada 1991 saat kuliahnya di Fakultas Hukum Untag memasuki tahap akhir. Setahun kemudian, dia dipindahkan ke induknya, bagian legal department. ”Waktu pindah, saya belum lulus,” paparnya.
Ismail baru lulus setahun kemudian. Kelulusan itu mendongkrak eselon dan gajinya di perusahaan tersebut. Konditenya selalu baik. Pelan-pelan gajinya naik. Karena tempatnya bekerja merupakan salah satu perusahaan dengan rate gaji tertinggi di Surabaya, Ismail hidup berkecukupan.

Hidupnya mapan, tinggal di rumah tipe 45 di Griyo Wage Asri. ”Hingga saya resign pada 2007, gaji saya Rp 10 juta. Itu belum termasuk bonus dan tunjangan lain,” kenangnya.

Meski gajinya besar, dia selalu gelisah. Puncaknya terjadi pada 2005. ”Saya merasa industri tempat saya bekerja tidak cocok dengan hati nurani saya,” tuturnya. Rokok, bagi Ismail, adalah hal paling merugikan dalam kehidupan. Terutama dari sudut pandang imannya.

Ismail memang religius. ”Sejak kecil, orang tua saya selalu menekankan nilai-nilai Islam yang kuat kepada saya,” paparnya. Ajaran itu terus terbawa hingga sekarang. Karena itu, Ismail selalu berusaha ikut pengajian di mana pun. ”Untuk menambah ilmu,” tuturnya.

Hampir semua pengajian di Surabaya dan Sidoarjo pernah dia datangi. Bahkan, dia selalu menyempatkan ikut kuliah subuh di TVRI. Tapi, dia mengaku tak ikut sebuah organisasi keagamaan apa pun. ”Saya tak ikut PKS atau apa pun. Saya lebih suka begini saja,” katanya.

Dalam Islam, rokok dianggap makruh (sesuatu yang sebaiknya ditinggalkan). Bahkan, sebagian ulama menilai haram. ”Itu yang memengaruhi pemikiran saya,” katanya.

Apalagi, ikhwan-ikhwan (saudara) sepengajian sering mengingatkan dia. Juga mengirim e-mail berisi tulisan dan gambar tentang akibat merokok. ”Ngeri, ngeri, kalau melihat gambarnya. Paru-paru yang hitam membusuk, orang yang kondisinya sekarat, wahh… pokoknya mengerikan,” tuturnya.

Satu pemikiran mulai menusuk dirinya. ”Masak sih saya memberi makan anak dan istri dengan uang yang dihasilkan dari industri yang merusak masyarakat,” katanya lalu buru-buru menambahkan bahwa itu pendapatnya pribadi.
Sejak itu, kinerja Ismail melorot drastis. Manajemen perusahaan melihat perubahan tersebut. Manajemen yang bijak mengajak Ismail berbicara dari hati ke hati. Karena memang sudah bimbang, Ismail memutuskan mundur dari perusahaan pada Juni 2007. ”Saya akan merugikan perusahaan bila tidak bisa kerja maksimal. Karena situasinya seperti itu, saya pikir inilah titik untuk hijrah. Saya keluar secara baik-baik,” urainya.

Atas jasa-jasanya selama 16 tahun bekerja, perusahaan memberi pesangon Rp 400 juta. Selepas dari perusahaan, Ismail melakukan apa saja yang halal untuk menyambung hidup. Di antaranya, menjadi sales parfum tiruan. ”Saya menemukan dunia yang asyik. Ternyata, saya juga punya potensi di bidang marketing,” katanya dengan mata berbinar.
Untuk menambah penghasilan, Ismail berjualan es tebu. ”Saya bertemu pemilik Mr Tebu dan saya membeli franchise-nya seharga Rp 10 juta. Itu sudah dapat rombong dan peralatannya,” tuturnya. Dia menggenjot sendiri rombong tersebut.

Perubahan hidup itu membuat Sri Lestari -istri yang kini telah berpisah- kaget. Kata-kata seperti terus kerjo opo, Pa? sering kali terucap. Ketika Ismail memutuskan menggenjot sendiri rombong es tebunya, Sri nyaris tak percaya. ”Sing bener ae, Pa?” ujar Sri sebagaimana ditirukan Ismail.

Namun, Ismail bergeming. Melihat keteguhan hati suaminya, Sri bisa memahami. ”Apalagi, tetap harus ada penghasilan kan,” katanya. Ismail tak bersedia mengungkapkan alasan pisah dari istrinya.

Selain parfum dan es tebu, Ismail mencoba jual beli apa saja. Mulai seprai hingga mobil. Namun, hanya eceran. ”Maklum, dana terbatas dan penghasilan harus ditingkatkan,” ungkapnya.

Dari berjualan parfum, Ismail hanya mendapatkan rata-rata Rp 600 ribu per bulan, sedangkan dari es tebu dapat Rp 700 ribu-Rp 800 ribu. ”Tapi, saya bangga dengan pilihan ini. Meski hanya jadi tukang es tebu dan sales parfum, saya jauh lebih berbahagia daripada saat masih kerja di industri rokok,” tegasnya. (*/cfu/JP)

Abu Bakar dan Umar Berlomba Dalam Kebaikan

gubuk

Pada masa Khulafaur Rasyidin radhiallahu ‘anhum, para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para tabi’in berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan membantu orang yang membutuhkan dan menolong orang yang teraniaya. Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhuma termasuk orang yang gigih bersaing di dalam amal kebaikan yang mulia ini, yang pelakunya mendapatkan kebaikan besar di dunia dan banyak pahala di akhirat.

Ada sebuah kisah yang terjadi pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu. Pada saat itu Umar mengawasi apa yang dilakukan oleh Abu Bakar. Lalu dia melakukan dua kali lipatnya sehingga dia mendapatkan kebaikan dan berbuat lebih dari Abu Bakar dalam hal kebaikan.

Suatu hari, Umar mengawasi Abu Bakar di waktu fajar. Sesuatu telah menarik perhatian Umar. Saat itu Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat subuh. Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil beberapa saat, lalu dia pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan apa yang dilakukan Abu Bakar di sana. Umar mengetahui segala kebaikan yang dilakukan Abu Bakar kecuali rahasia urusan gubuk tersebut.

Hari-hari terus berjalan, Abu Bakar tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran kota itu. Umar masih belum mengetahui apa yang dilakukan Abu Bakar di sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu dengan mata kepalanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya di situ.
Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapatkan seorang nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan apa yang dilihatnya, dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu ‘anhu.

Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu di sini?” Nenek menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengetahui, wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makanan untukku. Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku.”

Umar menekuk kedua lututnya dan kedua matanya basah oleh air mata. Dia mengucapkan kalimatnya yang masyhur, “Sungguh, engkau telah membuat lelah khalifah sesudahmu wahai Abu Bakar.”


Sumber: Ensiklopedi Kisah Generasi Salaf

Zikir dan Doa Selepas Solat oleh Hazamin Full Version - (Ehsan Astro Oasis)

Minggu, 22 September 2013

KEMATIAN YG BISA DIUNDUR


"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan."   (Al-An'aam: 60).

SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, "Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?""Yang anak muda tadi maksudnya?'' tanya Ibrahim."Ya.""Itu sahabat sekaligus muridku.""Ada apa dia datang menemuimu?""Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.""Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi." Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk memberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.


"Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?", "Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup."


Saudara-saudaraku, pembaca "Kajian Wisata Hati" di mana pun Anda berada, kematian memang di tangan Allah. Justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla 'alaih bahwa
sedekah itu bisa memanjangkan umur. Jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah... sedekah. Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar, maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda.Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorang pun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba.

Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah. Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang.


Salam, Yusuf Mansur …..


Sumber :
http://suwendi-online.blogspot.com/2009/04/kematian-yg-bisa-diundur-ustyusup.html

Minggu, 15 September 2013

Catatan Penyejuk Hati yang Dahaga dan Pengingat Jiwa yang Lupa

I.    Hidup Adalah Proses
Hidup Adalah Proses
Kadang kita bertanya dalam hati dan menyalahkan Tuhan, "apa yg telah saya lakukan sampai saya harus mengalami ini semua ?" atau "kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada saya ?" Here is a wonderful explanation...

Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport, putus dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya pindah ke luar kota. Saat itu ibunya sedang membuat kue, dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya, dengan senang hati dia berkata, "Tentu saja, I love your cake."


"Nih, cicipi mentega ini," kata Ibunya menawarkan."Yaiks," ujar anaknya. "Bagaimana dgn telur mentah ?" "You're kidding me, Mom." "Mau coba tepung terigu atau baking soda ?" "Mom, semua itu menjijikkan!!."


Lalu Ibunya menjawab, "ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yang benar, akan menjadi kue yang enak."


Tuhan bekerja dengan cara yang sama. Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan. Tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dengan rancanganNya, segala sesuatunya kan menjadi sempurna tepat pada waktunya.


Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan untuk menyempurnakan hidup kita. Tuhan teramat sangat mencintai kita. Dia mengirimkan bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi. Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan. Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat, dan Dia memilih untuk berdiam di hati kita.



II.   Sepatu Raja

Sepatu Raja
Seorang raja berjalan kaki melihat-lihat keadaan ibu kota. Di jalan depan istana, kakinya terluka karena menginjak batu tajam. “Jalan di depan istana ini sangat buruk. Aku harus memperbaikinya,” begitu pikirnya. Maka, Sang Raja segera merumuskan proyek untuk memperbaiki jalan di depan istana itu. Ia ingin jalan itu dilapisi dengan kulit sapi terbaik, agar siapapun yang melewatinya tidak terluka. Persiapan mengumpulkan sapi-sapi di seluruh negeri dilakukan.

Di tengah kesibukan luar biasa itu, seorang pertapa menghadap raja dan berkata, “Wahai Paduka. Mengapa Paduka mengorbankan sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan tersebut, padahal yang Paduka perlukan hanya dua potong kulit sapi untuk sepatu yang berfungsi melapisi telapak kaki Paduka?”

Ah, cerita klasik di atas mengingatkanku betapa seringnya aku menuntut dunia agar berubah sesuai dengan keinginanku, demi kenyamananku dan harapanku. Padahal, dengan sedikit perubahan pada diriku sendiri, aku sebenarnya sudah bisa mengatasi itu semua.

Aku ingat betul, bagaimana dulu aku sering berusaha membuat orang-orang di sekitarku agar mengagumi – atau setidaknya suka dengan aku. Aku berusaha keras untuk itu karena aku yakin semua itu bisa mendatangkan kesuksesan. Tetapi ada sebuah titik nadir yang membuat aku sadar, bahwa aku tidak bisa memaksa setiap orang untuk menyukai aku.

Kenapa aku harus berjuang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak dapat aku rubah?

Bukankah lebih baik menata diri dan komposisi tubuh ini agar selalu tumbuh dinamis – seiring dengan keadaan dan perubahan di sekitarku?

Seperti sulur-sulur tumbuhan rambat yang merayap mengikuti bentuk tembok.. tetapi mampu menghancurkannya.. Seperti lumut yang tumbuh naik turun mengikuti tekstur batu, tetapi sangat berpotensi untuk membuatnya rapuh.. Seperti awan yang selalu bergerak mengikuti angin, tetapi mampu menjadi hujan dan cuaca yang justru memutarbalikkan arah angin itu sendiri.. semoga.. ^^


III.   Anak Buta
Anak Buta
Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda..

Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket. Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”

Ada Seorang pria yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.

Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.

Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”

Pria itu melanjutkan kata-katanya, “Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.”


IV.   Jawaban Elegan dari Seorang Tukang Bakso
Jawaban Elegan dari Seorang Tukang Bakso
Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek... tekk... tek... suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.
Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan?Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah,dan mana yang menjadi hak cita-cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.
"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :
  1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.
  2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
  3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belumada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT ataupak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri,"mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".
"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".

Berterimakasihlah pada orang-orang kecil yang memberikan teladan dan menebarkan harapan perbaikan hidup pada kita. Mereka tiang penyangga yang menahan langit dari keruntuhan.

Mereka peredup terik mentari kehidupan yang ada kalanya terasa panas membakar......


V.    Kotak Sepatu
Kotak Sepatu
Henry dan Marta sudah menikah lebih dari 40 tahun. Tentu, sepasang manusia itu kini telah renta. Umur Henry 72 tahun dan umur Marta 68 tahun. Ketika hidup berumah tangga, keduanya tidak pernah menyimpan rahasia. Kecuali, sebuah kotak sepatu yang di simpan Marta di lemari pakaiannya. Marta berpesan kepada suaminya untuk tidak sekali-kali membukanya atau bahkan menanyakan tentang barang itu kepadanya.

Suatu ketika, Marta sakit keras. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Henry dan anak-anak mereka untuk menyembuhkan Marta. Tetapi, tak satu pun yang berhasil. Dokter sudah angkat tangan dengan penyakit Marta. Mengingat tuanya usia Marta, tidak mungkin bagi dokter untuk melakukan tindakan-tindakan medis seperti yang biasa dilakukan pada penderita biasa.

Saat berbaring di tempat tidur, Marta berkata lirih pada suaminya, “Tolong ambilkan kotak sepatu di lemari pakaianku.” Henry segera beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kotak sepatu itu, lalu memberikannya pada istrinya. Rupanya Marta sadar, bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membuka rahasia di dalam kotak sepatu itu.

“Bukalah.” Marta berkata lagi pada suaminya. Perlahan-lahan Henry membuka penutup kotak itu. Henry mendapati ada dua boneka rajut dan setumpuk uang senilai hampir sepuluh juta rupiah. Henry lalu menanyakan ada apa dengan dua boneka rajut dan uang itu pada istrinya.

“Ketika kita menikah, ada sebuah rahasia perkawinan yang dituturkan Nenekku.” Marta bercerita, “Nenekku berpesan bahwa jangan sekali-kali membentak atau berteriak pada suamimu. Nenek bilang jika suatu saat saya marah padamu, saya harus tetap diam dan merajut sebuah boneka.” Henry hanya bisa terdiam saat mendengar cerita istrinya. Dan, air mata pun mulai bercucuran di pipinya.

“Sayang, lalu bagaimana dengan uang sepuluh juta ini?” Tanya Henry pada Marta, “Darimana engkau mendapatkan sebanyak ini?” Isteri menyahut, “Oh, itu adalah uang hasil penjualan dari boneka-boneka yang pernah saya buat.”


VI.   Nasihat Rasulullah saw yang Membuat Kita Optimis
Nasihat Rasulullah saw yang Membuat Kita Optimis
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid telah menceritakan kepada kami Kahmasy bin Al Hasan dari Al Hajjaj bin Al Furafishah, Abu Abdurrahman yaitu Abdullah bin Yazid, berkata; dan aku telah melihatnya dijalan lalu ia memberi salam kepadaku, saat itu aku masih kecil, ia merafa'kan (riwayat) kepada Ibnu Abbas atau menyandarkannya kepada Ibnu Abbas. Ahmad bin Hambal berkata; dan telah menceritakan kepadaku Hammam bin Yahya Abu Abdullah sahabat Al Bashri, ia menyandarkannya kepada Ibnu Abbas.

Dan telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Lahi'ah dan Nafi' bin Yazid Al Misriyyan dari Qais bin AlHajjaj dari Hanasy Ash Shan'ani dari Ibnu Abbas, dan aku tidak hafal (detail) hadits sebagian mereka dari sebagian lainnya, bahwa ia berkata;

Aku dibonceng oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu beliau bersabda:
"Wahai anak." Atau Beliau mengatakan: "Wahai anak kecil, maukah kamu aku ajari beberapa kalimat yang Allah akan memberimu manfaat." Aku menjawab;"Ya."

Lalu beliau bersabda: "


  • Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu,
  • Jagalah Allah niscaya engkau mendapatiNya di hadapanmu.
  • Ingatlah Dia di waktu lapang niscaya Dia akan ingat kepadamu di waktu sempit.
  • Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.
  • Telah kering pena dengan apa yang telah terjadi. Seandainya seluruh makhluk hendak memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu. Dan seandainya mereka hendak mencelakakan dirimu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu.
  • Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan.
  • Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan
  • kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan."
(HR Ahmad No 2666)

Catatan: tidak ada perubahan isi hadist, hanya diubah tampilannya agar mudah dibaca.

Sumber : http://styagreennotes.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Jumat, 30 Agustus 2013

Arti Kehormatan Ala Jusuf Kala

Jusuf Kalla sudah punya seabrek pengalaman, kekayaan dan tentu nama besar, tentu orang akan berpikir dia memiliki gengsi yang besar juga, tapi hari ini ketika saya membaca berita ini. saya tahu gengsi dan harga diri seorang Jusuf Kalla tidak lebih tinggi dari Kecintaannya dari Indonesia.

Jusuf Kalla sudah pernah menjadi Wakil Presiden di era pertama pemerintahan SBY, saat ini dia disebut sebagai “bamper SBY”, nah kini dia mau menjadi Bamper Indonesia.

Jokowi Sungkeman Pada JK saat ingin maju jadi Cagub DKI (photo: harianterbit.com)
Jokowi Sungkeman Pada JK saat ingin maju jadi Cagub DKI (photo:harianterbit.com)

Kesediaannya menjadi Calon Wakil Presiden Jokowi adalah sebuah gambaran bagaiman Jusuf Kalla mampu melihat kemampuan dan talenta Jokowi yang baik, dan harus didorong, didukung dan ditopang atau “dilindungi” dari “jahatnya” dan “kejamnya “politik Indonesia yang hanya mencari dan menonjokan Citra. Politik yang tidak tahu dan tak pernah mencari tahu apa arti sesungguhnya dari Kepentingan Negara.

Bahkan ada forummer mengaitkan Jusuf Kalla cocok sebagai Wakil bagai Joe Bidden yang selalu melindungi dan menolong Barrack Obama dari serangan para Politikus di Amerika Serikat.
Disaat Gengsi Elit Bangsa ini begitu tingginya, seperti “ketidaksudian” Megawati sampai hari ini hadir dalam peringatan 17 Agustus di Istana Negara, Ketidak sepakatannya para Elit mendukung tokoh Muda maju, dan terlihat berlombanya Elit Politik menjadi orang nomor Satu dihempaskan Oleh Jusuf Kalla yang mempertaruhkan “Kehormatan”-nya untuk jadi orang Nomor 2 di Negeri ini, seperti komentar seorang berakun: “orang bijak palsu” di kompasiana.com

Apakah ini adalah ambisi Pribadi?
Saya berani berkata tidak. Ini adalah gambaran kecintaan akan Indonesia.
Bagi Jusuf Kalla dan Saya dan banyak lagi saudara sebangsa dan setanah air, saat ini adalah saat penentuan apakah calon terbaik Presiden Indonesia 2014-2019 Jokowi akan mampu kita angkat, ini bukan faktor Jokowi, tapi lebih pada faktor kebutuhan Pemimpin yang kompeten di Indonesia ini yang diharapkan mampu mengangkat derajat dan martabat Bangsa dan Masyarakatnya.

Jusuf Kalla telah mengajarkan kita bagaimana meletakkan sebuah  kehormatan pada tempat sebenarnya. Sebuah kehormatan pribadi yang memang seharusnya tidak lebih tinggi dari kecintaan akan Indonesia, kecintaan akan bangsa dan negaranya. Sebuah Kehormatan yang semestinya tidak boleh tunduk pada gengsi, harga diri terlebih kepentingan semata.

Jusuf Kalla mengajarkan pada kita bahwa Kehormatan sesungguhnya itu ada disaat diri kita mau melepaskan ego, gengsi dan kepentingan sesungguhnya untuk orang lain terlebih untuk bangsa.

:good: Terimakasih untuk Bapak Jusuf Kalla atas pelajarannya.
Salam Pewaris Nusantara.

Short URL: http://goo.gl/UQoSTc

Selasa, 27 Agustus 2013

Si Gula Pasir

“Mengapa saya tidak bekerja ? Bukankah saya dokter ? Memang
Dan sangat mungkin saya bekerja saat itu.
Namun saya pikir : buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika khirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami kehilangan kedekatan pada anak sendiri ? apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk pribadinya sendiri ? Anak saya akan tidak memiliki ibu.
Seimbangkan anak kehilangan ibu bapak, seimbangkah orang tua kehilangan anak, dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja ? itulah sebabnya saya memutuskan menenrima hidup pas-pasan. Bertahun-tahun kami bertiga hidup begitu.”
Jangan biarkan anak-anakmu hanya bersama pengasuh mereka.
Bagaimana bila dibantu pengasuh dengan kakek neneknya ?
“Sudah cukup rasanya membebani orang tua dengan mengurus kita sejak lahir sampai berumah tangga. Kapan lagi kita mau memberikan kesempatan kepada orang tua untuk penuh beribadah sepanjang waktu di hari tua.
Mudah-mudahan ini bisa jadi penyemangat dan jawaban untuk ibu-ibu berijazah yang rela berkorban demi keluarga dan anak-anaknya.
Karena ingin rumah tangganya tetap terjaga dan anak-anaknya bisa tumbuh dengan penuh perhatiah, tidka hanya dalam hal akademik, tapi juga untuk mendidik agamanya, karena itulah sejatinya peran oarang tua.
Belajar dari kesuksesan orang-orang hebat, selalu ada pengorbanan dari orang-orang yang berada dibelakangnya, yang mungkin namanya tidak pernah tertulis dalam sejarah.
Berbanggalah Engkau sang ibu rumah tangga, karena itulah pekerjaan seorang wanita yang paling mulia
Ibu Ainun Habibie

Alasan yang sama mengapa sang ibu memilih jadi ibu rumah tangga :’)
#gulapasir terbaik

Menembus #logika

Menembus logika? yaaa apalagi klo bukan cinta
Tepat sehari yang lalu, teringat lagi salah percakapan dalam kisah hidup Habibie&Ainun, ketika si Habibie muda pertama kali melihat si gula jawa yang telah berubah menjadi gula pasir; putih, manis dan cantik dan kemudian balik ketempat tinggalnya.
Teman Habibie : Gimana tadi lancar?, kamu suka ya sama Ainun itu
Habibie : Hahhah, klo iya kenapa?
Teman Habibie : Dia itu banyak yang suka loh, orangnya ganteng-ganteng mulai dari jaksa, perwira, pejabat dll (lupa)
Habibie : Trus Kenapa?
*maaf tidak begitu ingat redaksinya 
Habibie sepertinya tau persis akan konskuensi memilih Ainun namun ia juga tau persis tentang cinta yang selalu “ceroboh”, itu terlihat dari ucapan Habibie “Mau ganteng atau tidak, kalau hatinya tidak satu frekuensi, bagaimana?”.

Sangatlah pantas untuk habibie muda menjatuhkan hati padanya (Ainun). Namun tidak demikian untuk Ainun, setidaknya dia harus punya beribu alasan untuk menjatuhkan pilihannya kepada Habibie di kala itu (menurut logika saya), Kenapa? bukankah ada banyak pria yang telah mapan jauh lebih gagah di luar sana yang menunggunya, tapi lagi-lagi Kenapa?

Ada alasan yang lebih beralasan selain mapan dan ganteng ketika wanita cerdas memilih pendamping hidupnya, yaitu visi hidup yang jelas serta kemampuan mewujudkannya. Dan Habibie punya itu, terpancar jelas di matanya.
"Masa lalu saya adalah milik saya, masa lalu kamu adalah milik kamu, tapi masa depan adalah milik kita." 
Pertanyaan yang sama pernah saya ajukan kepada sang ibu yang kehidupannya lebih baik dan dapat memilih, namun menjatuhkan pilihannya sang Ayah seorang mahasiswa ngga jelas, pekerja di bengkel kecil kala itu. Ternyata alasan serupa yang saya dapati.
Jangan tanya bagaimana rasanya “jatuh” cinta. Justru aku ingin tahu, apakah “cinta” selalu seceroboh itu?
— (via anamrufisa)

Jumat, 23 Agustus 2013

#salam itu membahagiakan :)

Pagi itu sedang meyusuri jalan sebelah kampus yang penuh tumpukan sampah, mau balik ke kontrakan setelah main di lab tercinta. Tampak beberapa mahasiswa yang kuliah pagi berjalan dengan arah berlawanan, tampak pula beberapa ibu tua dan seorang bapak yang sedang mengais rezeki di tumpukan sampah kala itu. Tetap berjalan dan menunduk, ada 
banyak pikiran di kepala mulai dari cinTA sampai sebuah agenda yang harus kusiapkan.

Mungkin ada yang salah kala itu, ya mungkin diri ini lupa bersyukur, tak cukupkah dengan pemandangan di tempat sampah tadi yang seharusnya jadi acuan untuk terus berucap “Alhamdulillah ya Allah”.

Langkah pun berlanjut dan masih tertunduk wajah ini, namun tiba-tiba pikiran pecah ketika terdengar suara “Assalamualaikum kakak”, kuangkat pandangan tak kudapati siapa-siapa, lalu berbalik kemudian kuarahkan pandangan ke bawah menuju asal suara. Kudapati perempuan kecil putih, berpakaian kuning cerah yang kuperkirakan umurnya sekitar 4 tahun yang sedang bermain dengan sepeda roda tiganya. Pandanganku tertuju ke wajahnya dan iapun masih melihat ke arahku, sambil tersenyum ia mengulangi salamnya “Assalamualaikum kakak” kemudian kujawab “Waalaikumsalam dek, pintarnya”, beberapa detik masih dalam posisi yang sama melihat si bocah kecil melanjutkan mainnya.

Perasaan berbeda tiba-tiba muncul, yang tadinya murung menjadi lebih semangat dan berbahagia. Tersenyum sendiri, melihat si bocah berbahagia lepas melanjutkan mainnya, cukup ditemani sepeda roda tiga tua serta pasir timbunan bangunan. Terfikir kenapa harus murung?, bukankah yang lain juga punya banyak masalah?, bukankah hidup ini memang takkan lepas dari masalah hingga ke liang lahat? Tinggal bagaimana menyakapinya.

Lanjut berjalan menuju kontrakan lengkap dengan senyum yang kubawa hasil pemberian si adik kecil :)
Bahagia itu sederhana, berbahagialah dengan membahagiakan orang lain.
"Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling mencintai. Tidakkah kalian mau aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan akan menjadikan kalian saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim)

http://muhnurakbar.tumblr.com/post/39216565515/salam-itu-membahagiakan

Nak, Ibu Ingin Bicara Soal Milih-milih Perempuan…

Rasanya hampir tidak dapat dipercaya sekarang ibu menulis soal ini kepada dua anak laki laki yang sangat membanggakan hati. Ibu tidak bisa lebih bersyukur atau meminta kepada Tuhan memperoleh putra yang lebih baik daripada kalian.  Kalian bertiga adalah anugerah terbesar dan terindah yang Tuhan berikan kepada ibu.  I could never ask for more…
Membesarkan kalian adalah masa masa terindah dalam hidupku, sekalipun itu harus ditukar dengan prospek perkembangan karir, ibu bahagia memilih menjadi ibu rumah tangga dan menyaksikan kalian tumbuh.
Pada akhirnya ibu harus bicara soal jodoh, mengingat saat ini  kalian sudah cukup pusing dikejar kejar cewek yang tentu saja mengagumi kualitas yang ada dalam diri kalian. You were brought up with lots of love and values  from your parents. Never forget that.
Rasanya ibu tidak harus  panjang lebar mengulang kembali bagaimana menjadi laki laki sejati . Satu kalimat sederhana mampu mengungkapkan petuah panjang soal itu  :Contohilah ayahmu.
Soal cewek, ibu dapat memahami rasa heran maupun kebingungan kalian. Wanita memang tidak mudah dipahami. Sampai detik ini juga ibu kadang sukar memahami diri sendiri. Itu bagian misteri perempuan yang justru menambah keindahannya. Satu pemahaman umum sederhana adalah wanita ingin disayangi dan dilindungi.
Soal selera secara fisik, ibu tidak perlu komen panjang lebar. Masing masing kalian memiliki selera berbeda, dan itu sah sah saja… Selera itu adalah hak prerogatif yang tidak bisa diganggu gugat. Yang pasti secara jujur ibu harus mengatakan bahwa inner beauty adalah hal terpenting, tapi inner beauty tanpa dibungkus dengan kulit luar yang apik akan menjadi kurang maksimal karena kalian sebagai laki laki sejati tidak mau merasa malu membawa istri dan mengenalkannya kepada orang lain, terutama sahabat dan keluarga. Kalian berdua sudah cukup dewasa untuk mengartikan ini…
Dari dulu ibu tidak pernah rewel soal berteman. Yang selalu ibu ingatkan adalah harus selalu baik dan sopan kepada orang lain. Berkawanlah sebanyak mungkin. Jangan memilih milih teman karena status sosialnya maupun dilihat dari uangnya. Tidak semua yang kaya itu baik, tidak semua yang miskin juga baik. Uang hanyalah sarana dan alat membeli sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan. Uang itu perlu, oleh karenanya aturlah uang dengan baik, dan jangan pernah membiarkan uang mengatur kalian, apalagi sampai bisa membeli hati nurani.
Entahlah kalau ibu ibu yang lain… tapi ketika menyangkut soal memilih jodoh, ibu harus minta maaf lebih dulu. Jujur ibu akan sanget bawel soal ini.  Ibu tidak pernah mungkin bisa benar benar objektif menilai wanita yang akan menjadi istri kalian, tapi sedapat mungkin ibu janji akan bersikap adil dan fair sebatas kemampuan ibu. You two know that I am a fair person. Ibu benci ketidak adilan.
Meskipun sejujurnya ibu sudah berulang kali mengatakan… rasanya tidak ada wanita yang cukup pantas mendapatkan kalian. Ini  adalah  ungkapan kebanggaan seorang ibu kepada anak laki lakinya. Overdosis ? mungkin memang kedengaran berlebihan…but I can’t help it. Kelak istri kalian juga akan merasakan hal yang sama jika kalian memiliki anak laki laki…
Memilih istri itu mungkin kurang lebih mirip dengan memilih mobil… Ada begitu banyak ragam jenis mobil dengan spesifikasi yang berbeda. Kenali diri kalian.. ketahui apa yang menjadi selera kalian.  Satu hal prinsip yang paling berbeda antara istri dan mobil adalah : Istri itu abadi. Tidak bisa ditukar tambah kapan saja kalian mau. When you get married, you married for life.
Jangan pernah menikah hanya karena merasa sudah umurnya harus menikah.Menikahlah karena kalian merasa pasti bahwa dengan dirinya kalian akan saling membahagiakan selamanya.
Ini yang bisa ibu katakan mengenai petunjuk umum secara garis besar ketika itu menyangkut calon istri…
-  Look for the right chemistry. Kalian akan tahu itu ketika bertemu dengan yang cocok. Kalian akan menyadari bahwa rasanya masuk akal kenapa selama ini yang lain kurang menarik, dan ada sesuatu yang rasanya kurang sebelum bertemu dengannya.
Ada pesona tersendiri yang dibawanya yang memang melekat dalam dirinya tanpa dibuat buat.  Ibu pikir dulu ayahmu jatuh cinta dengan ibu karena diantara teman teman calon dokternya yang lembut feminin, tiba tiba nongol seorang wanita yang lain dari yang lain. Yang bisa memanjat pohon dan berantem dengan sangat baik….  Rupanya pria kalem yang tenang itu tergeletak tak berdaya dengan seorang gadis blak blakanyang kalau makan tidak pernah malu malu, dan bisa menyatakan pendapatnya dengan jujur,  sekalipun harus berbeda… Siapa yang bisa menyangka ? Tanya ayahmu soal chemistry… ibu tidak pernah bosan mendengar cerita klasik bagaimana dia jatuh cinta dengan ibu…
- Nilai kebaikannya bukan semata dari cara dia memperlakukan kalian, tapi bagaimana dia memperlakukan orang lain, terutama mereka yang lebih tidak beruntung dari dirinya.
Tentu saja wanita akan baik kepada pria yang dicintainya.  Kebaikan sejati itu dinilai dari bagaimana dia bersikap dan memperlakukan orang lain. Apakah dia adil dan jujur ? Apakah dia penuh belas kasih ?  Bagaimana dia menghormati orang tua dan memperlakukan teman temannya ? Dengan siapa dia bergaul ?. Bagaimana gaya hidupnya ? Apakah dia bisa tersenyum sama lebarnya ketika diajak makan di restaurant mahal  ataupun di warung Tegal yang murah meriah ?.
Perlu waktu untuk menilai ini semua. Tapi kalau soal jodoh, selalu ibu katakan, jangan merasa diburu buru.  Take your time… give time enough time.
- Pilihlah wanita yang mampu menertawakan dirinya sendiri. Ini kemampuan hebat yang sangat perlu. Hidup ini akan membawa kalian kepada banyak masalah dan lika liku… Tapi tidak ada yang lebih menyenangkan daripada  hidup bersama dengan wanita yang mampu membuat kalian tertawa.
Pilihlah wanita yang bisa tertawa ketika kalian mengatakan “kartu ATM-ku tertelan lagi….
Selera humor yang baik itu bukan menertawakan orang lain, tapi lebih kepada bagaimana dia bisa menertawakan dirinya sendiri dan melihat sisi lucu dan baik dari segala sesuatu.  Pada akhirnya cinta yang bergelora itu akan stabil… kupu kupu yang terbang tak tentu arah dalam perut kalian ketika pertama jatuh cinta, akan hinggap dengan tenang dan menetap, digantikan dengan rasa nyaman yang  menyenangkan…, tapi perekat cinta yang awet adalah tertawa bersama menjalani kehidupan rumah tangga kalian.
- Menikahlah dengan wanita yang memiliki prinsip hidup yang baik dan menghormati prinsip prinsipnya. Dia tidak harus selalu setuju dengan kalian. Buat apa menikah dengan orang yang selalu mengatakan ya ? When two person always agree, one is not necessary…
Pilihlah wanita yang mampu menyikapi perbedaan pendapat, mampu menghargai perbedaan selera dan berkompromi secara fair…
Menikahlah dengan wanita yang mampu bicara jujur demi kebaikan.
- Ini yang terakahir, tapi bukan berarti tidak penting…. Menikahlah dengan wanita yang menghormati kalian. Ibu akan menjadi orang yang paling naik pitam jika kalian dikasari. Terutama di depan umum. Never .. ever let a woman be rude to you.
Ibu bisa mengatakan ini karena ibu mendidik kalian untuk selalu menghormati dan menghargai wanita.  Cinta tanpa penghargaan bagaikan mobil tanpa setir, tidak berguna.
Well, you know your mother.. ini dulu yang bisa ibu katakan. Mudah mudahan tidak ada lagi yang perlu ibu tambahkan  kecuali bahwa I love you and will always be proud of you , my sons.
For Russell and Reinhart, with unlimited love from your Mum.)
Source : 

http://muda.kompasiana.com/2013/07/19/nak-ibu-ingin-bicara-soal-milih-milih-perempuan-578085.html

Selasa, 30 Juli 2013

Hadiah dari Sang Dunia

Islamedia - Dunia dikejar, harta dikejar, akhirnya tiada selesainya. Kebutuhan , apalagi keinginan, bila terus dituruti tidak akan ada habisnya. Terpenuhi yang ini, muncul yang lain. Terkejar keinginan yang satu, kepingin lagi mengejar yang lain. 
Begitu seterusnya, hingga kita sendiri tidak bisa menikmati apa yang dulu berusaha mati-matian mengejarnya. Berenang tanpa tepian.

Disuatu tempat, tersebutlah Pak Dahlan yang sedang terbaring lemah. Dunia yang dia kumpulkan susah payah, hanya bisa memberikan tempat tidur seukuran dia saja. Tidak bisa dia gapai ketika dia sakit. Tidak ada yang bisa dia nikmati ketika ia tidak sehat seperti sekarang ini. Dia memiliki kulkas empat pintu, tapi satu pun tidak ada yang terbuka untuknya.
Dimeja makan rumahnya terhidang paling sedikit 3 macam buah-buahan, nasi lengkap dengan tujuh macam lauk, mulai dari tempe goring panas, tahu cina goreng, sayur asem, gabus kering, ayam goreng, otak spai yang dipepes, sambal goreng, plus lalap-lalapan.
Semuanya menggoda bila kita sehat, dan semuanya siap santap. Tapi apa yang Pak Dahlan makan ? Tidak ada, hanya bubur. Itupun bubur yang disaring terlebih dahulu. Bahkan kini, ketika ia masuk rumah sakit, hanya ciaran infuse yang bisa masuk ketubuhnya.
Pak Dahlan juga susah payah membangun rumah super mewah Indah, dengan keramik import, kamar mandi sekelas hotel, perabotan mewah dan mahal kiriman kolega dari singapura. Belum lagi deretan mobilnya, dari mulai kelas keluaran Jepang hingga merk-merk keluaran Eropa. Tapi ya karena sedang tidak bisa bangun, sepeda motor Honda milik Parmin pembantunya pun tidak bisa ia naiki.

Dunia yang ia kejar, harta yang ia kumpulkan tak mau dekat-dekat dengan dia yang sedang berbadan sakit.

Sakiiit, hati pak Dahlan. Di dunia saja mereka tidak mau membantu, apalagi kelak di akhirat!.

Pada cerita dunia yang lain, ada Pak Jacoeb yang sedang termangu di ruangan sempit. Terbayang jabatannya yang sudah diisi oleh orang lain. Terbayang kemewahannya yang ‘susah payah’ ia garap. Terbayang wajah anak dan istrinya. Semuanya tinggal bayangan, karena semuanya tidak ada disekitarnya.
Ia sedang menjalani vonis hukuman penjara dunia, 2 tahun penjara dipotong masa tahanan 2 bulan.
Pak Jacoeb yang gagah ketika menjabat, Pak Jacoeb yang jago ‘men-create’ proyek, kini bagaikan gedebong pisang; bernyawa tapi tak berjiwa, berjiwa tapi tak bertenaga, dan tidur beralaskan kasur tipis seadanya.
Ah, dunia yang dulu ia sangat ia kejar, sangat ia dambakan, sehingga ia berani berbuat nekat untuk menjamahnya, kini malah tak mau dekat dengan dia. Dunia, yang dulu begitu ia dambakan, jabatan dan posisi yang dulu begitu ia agung-agungkan, kini mencampakkannya begitu saja, dan malah memberikan kehinaan.
Bila Pak Dahlan
Dijauhi dunia
Lantaran badannya yang sakit,
Pak Jacoeb dijauhi dunia
Lantaran hatinya yang sakit
Cerita Pak Dahlan dan Pak Jacoeb di atas mengajarkan kita pada beberapa hal, yang pertama adalah bahwa dunia tidak usah didewa-dewakan begitu rupa, sehingga kita lupa bahwa masih manusia, dan akan kembali pada Sang Pencipta.

Yang kedua, dunia yang kita kejar, dunia yang kita buru, tidak akan banyak berbuat bagi kita. Boro-boro di akhirat, di dunia pun tidak bisa ia berbuat banyak bagi kita. Terutama bila badan dan hati kita sakit.
Yang ketiga, mengingatkan kita akan ketidakabadian dan kefanaan harta. Bahkan yang ketiga ini bisa terjadi justru ketika dunia sedang tergenggam; tidak menunggu kita meninggal.
Jadi untuk apa kita berbuat total untuk dunia. Biasa sajalah. Dunia itu tidak mau direpotkan oleh kita. Dunia punya sifat cenderung susah diatur, apalagi oleh orang-orang pelit dan serakah. Dunia mempunyai kecenderungan sulit dikendalikan, apalagi oleh orang-orang yang zhalim terhadap Tuhannya.
Maka untuk mereka yang miskin tidak usah bersedih, dan untuk mereka yang kaya atau yang berkecukupan tidak usah sombong. Semuanya sama, bila tidak kita yang meninggalkan dunia, maka pilihan lainnya adalah dunia yang meninggalkan kita. Salah satu dari keduanya pasti akan terjadi didalam kehidupan kita sebagai manusia.
Terakhir, ketika manusia berhenti bernafas, dunia hanya memberikan tanah untuk pekuburan, batu nisan untuk menandai pekuburan, dan kain kafan untuk membungkus badan.
Hanya itu hadiah kenang-kenangan dari dunia, karena dunia diciptakan dalam kondisi sifat yang pelit. Dunia dipastikan tidak akan mengurusi kita atau menaruh perhatian kepada kita kalau sudah keputusan dari Sang Pemberi Keputusan, bahwa dia yang meninggalkan kita atau kita yang meninggalkan dia. Dunia ditakdirkan hanya mengurus kepentingan dirinya saja.
Dunia diibaratkan sebuah kebun, yang disiram air hujan kemudian lama-lama kering dan hancur. Sedangkan Allah, Pemiliknya, tak pernah hancur.
“ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan, kelalaian, perhiasan, dan berbangga-bangga antara kamu dan berlomba banyak harta dan anak. Seperti air hujan yang tanamannya mengagumkan petani, kemudian tanamannya menjadi kering dan kamu lihat warnanya mongering, kemudian hancur. Dan di akhirat ada azab Allah yang keras dan ada pula ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya. Dan tiadalah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang menipu.” (QS. Al hadid:20)
 
Demikianlah tulisan ini tiada maksud membuat anda alergi menjadi orang kaya. Bukan!.
Maksudnya sekedar memiliki kearifan dalam memandang dunia. Sayangi dunia dengan tidak melupakan Pemiliknya, jadikan dunia sebagai bekal menuju akhirat, sayangi dunia dengan tidak melalaikan sang Pemberi. Dan sisakan sebahagian dunia untuk amal sholeh di akhirat nanti. Wassalam.[Daqu Magz]