Minggu, 19 Februari 2012

Mendadak Kaya Setelah Mengadopsi Anak Yatim

Harta tidak akan pernah bisa mempertahankan kehidupan di muka bumi. Sehebat apapun usaha manusia untuk memperpanjang hidupnya, kematian pasti akan tiba pada saat yang telah ditentukan. Sebelum menyesal, masih ada kesempatan untuk membuat harta kita menjadi abadi. Caranya: transferlah harta anda ke akhirat. Salurkan kekayaan anda melalui lembaga-lembaga sosial yang membantu fakir miskin, anak yatim dll...

Dulu dia cuma seorang buruh pabrik dengan hasil yang pas-pasan. Suatu ketika datang seorang kerabat yang mengatakan ada seorang bayi yatim piatu yang butuh pertolongan. Walaupun dia juga punya seorang anak yang masih kecil dan untuk membelikan susu anaknya dia terkadang hutang, dia dan istrinya ikhlas mengadopsi bayi yatim piatu ini hanya karena Allah.

Dia tidak takut bayi itu akan mati kelaparan karena kemiskinan dia. Dia sangat yakin Allah tidak akan tinggal diam dengan keadaannya dan bayi yang dia adopsi. Akhirnya keyakinan yang besar akan pertolongan Allah itu terjawab. Allah memberi jalan rejeki dan menjadikan seorang buruh pabrik itu sebagai pengusaha sukses dengan kekayaan melimpah saat ini.

Saat saya berkunjung ke rumahnya pertama kali karena mengantar teman untuk keperluan bisnis, saya tidak percaya kalau dia dulu adalah seorang buruh pabrik. Rumahnya megah dan pabriknya juga sudah berskala nasional. Sewaktu saya tanya apa rahasia suksesnya, dia hanya menjawab tidak tahu. Mengapa dia menjawab tidak tahu? Karena semua rejeki itu datang benar-benar tanpa disangka-sangka.

Saat pertama kali membuka usaha pembuatan kue kering sebagai tambahan hidup karena anggota keluarganya bertambah (anak yatim piatu tadi), seakan keajaiban banyak terjadi pada bisnisnya. Tiba-tiba banyak datang pelanggan bahkan sampai dari luar pulau ke rumahnya dan memesan kue produksinya. Padahal dia tidak pernah beriklan.

Setelah itu banyak pihak bank dan perusahaan besar yang menawarkan pinjaman dan kerjasama bisnis dengannya. Semua datang dengan sendirinya tanpa beliau mencari-cari pinjaman atau peluang kerjasama itu. Hingga perusahaan yang semula hanya sebagai sambilan saja, kini berkembang sebagai perusahaan berskala nasional dengan omset yang besar.

“Mungkin karena saya ikhlas dan selalu berbagi mas”, itu jawaban terakhir yang terlontar dari pengusaha itu. Setiap hasil perusahaan yang dia peroleh, dia merasakan itu bukan hak dia. Makanya selalu disumbangkan untuk anak yatim, pembangunan masjid, pondok pesantren, dan para fakir miskin.

Dan satu hal yang tidak bisa dia lupakan adalah keajaiban setelah memberi pertolongan pada anak yatim piatu yang dia adopsi tersebut. Saat itulah beliau memberi wejangan pada kami tentang kekuatan doa anak yatim. Doa anak yatim (belum baligh) adalah doa yang langsung ditangkap oleh Allah. Doa anak yatim adalah doa tanpa penghalang dihadapan Allah. Allah akan langsung menjawab doa-doa anak yatim.

Saat pulang, saya mengucapkan terimakasih yang tulus pada beliau. Ilmu yang saya dapat hari itu sungguh berharga. Dan saat ini ilmu itu saya sharingkan untuk anda semua. Jangan lupakan untuk selalu berbagi dengan anak yatim, karena sebagian harga kita adalah hak mereka.


Semoga bermanfaat, sukses untuk anda….

Kamis, 09 Februari 2012

Seberapa Sering Kita Bersyukur ?


beryukur
beryukur
Kemarin, seharusnya saya ada janji bertemu dengan seorang teman di Plaza Arion. Namun, karena ada sesuatu hal akhirnya kami terpaksa membatalkan pertemuan itu. Praktis daripada tidak jelas di kost, usai menghabiskan buku Mimpi Sejuta Dolar paginya, saya pun bergerak ke Mall Artha Gading untuk Makan siang disana, sekalian buka “Cek dan Analisis Komposisi Tubuh Gratis”. Tentunya sekalian online juga. Sayang kan wifinya kenceng sampai 1MBps kalau tidak dimanfaatkan.
Saya stay di foodcourt sampai kira-kira jam 4 sore. Melanjutkan jalan-jalan ke ACE Hardware dan Swalayannya, baru kemudian sekitar jam 5 sore pulang. Transportasi? Saya pilih merakyat saja lah, naik angkot 30A. Tidak naik bis transjakarta karena memang untuk koridor ke Tg.Priok bisnya terbilang jarang dan lama pula.
Di angkot, saya duduk di bangku kayu kecil, yang diletakkan di pintu keluar. Penumpang sudah penuh, saya yang terakhir naik jadi angkot tidak perlu ngetem-ngetem lagi. Entah, sore itu rasanya enak banget. Semacam ada perasaan damai dan tenang. Saya benar-benar merasa bisa menikmati hidup. Tanpa beban, walau masalah tentu saja masih ada. Namanya hidup tentu akan terus berkutat dengan masalah.
Sambil menikmati suasana itu, tiba-tiba terbersit begitu saja di benak saya. Kapan sih saya terakhir kali bersyukur? Hal-hal apa saja yang sudah saya syukuri selama ini?

seberapa sering kita bersyukur?
seberapa sering kita bersyukur?
Kita semua mungkin memiliki kecenderungan untuk mensyukuri hal-hal yang besar saja. Hal-hal yang mungkin sifatnya “wow” dan datang bagaikan mukjizat. Padahal Allah tidak pernah berhenti memberikan nikmatnya setiap saat.
Nikmat-nikmat kecil, sering kali kita abaikan dan biarkan lewat begitu saja. Mungkin kita menganggapnya “halah cuma begitu saja“. Padahal kalau yang kecil-kecil ini kita tidak syukuri, bagaimana Allah mau memberikan hal-hal besar yang kita inginkan?
Apa hanya yang kecil? Tidak. Ada hal lain yang mungkin paling besar dan paling penting kita anggap lalu begitu saja. KESEMPATAN HIDUP. Karena terus berulang setiap harinya, akhirnya kita anggap biasa kesempatan hidup yang diberikan oleh Allah setiap harinya. Pernahkah terbersit pertanyaan,
“Bagaimana bila hari ini adalah hari terakhir saya hidup?”
Pernahkah kita bersyukur setiap kali kita membuka mata di pagi hari dan memulai aktivitas? Bukankah ajal tidak ada yang tahu. Bisa jadi di malam hari kita memejamkan mata, mungkin tidak akan pernah bangun lagi di pagi harinya.
Bila selama ini kita sering merasa resah, gelisah, galau, dsb, mungkin itu semua tidak lain karena kurangnya kita mensyukuri apa-apa yang kita miliki dan terus melihat apa-apa yang orang lain miliki.
“Sungguh, bila engkau BERSYUKUR, sungguh akan KUTAMBAH NIKMAT (untuk mu)” – QS. Ibrahim : 14
Mari sama-sama introspeksi diri. Lebih sering mana, kita bersyukur atau meminta kepada Allah. Apakah kita hanya terus minta dan meminta, tanpa pernah mensyukuri nikmat yang sudah diberikan oleh-Nya, termasuk nikmat yang diberikan cuma-cuma di luar permintaan kita. Jangan-jangan inilah yang menjadi penghambat rezeki atau kesuksesan kita selama ini.
terima kasih..
semoga bermanfaat